Kongres APTIK ke-37 yang dilangsungkan di di Madiun 13 Maret 2020 dengan tuan rumah Universitas Widya Mandala  Surabaya Kampus Madiun telah menghasilkan keputusan penting di antaranya adalah pergantian kepengurusan. Suksesi Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) resmi beralih dari Romo Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ (2017–2020) kepada Bapak BS. Kusbiantoro dari Universitas Parahyangan Bandung untuk periode 2020–2023.

Dalam sambutannya, Romo Paulus Wiryono memaparkan sejumlah program yang telah sukses direalisasikan selama dirinya menjabat Ketua APTIK periode 2017–2020. Misalnya, APTIK Peduli Mentawai. Program itu berupa pemberian beasiswa kepada putra-putri Mentawai yang ingin kuliah di PT dibawah naungan APTIK. ‘’Total ada sebanyak 147 mahasiswa asal Mentawai yang telah mendapatkan beasiswa kuliah,’’ ujarnya.

Program lainnya yang dinilai sukses adalah pemberdayaan PT anggota APTIK dalam meningkatkan akreditasi. Saat ini hampir semua PT dibawah naungan APTIK telah berakreditasi A dan B. ‘’Kami juga memberikan beasiswa bagi dosen yang ingin melanjutkan studi di PT anggota APTIK,’’ imbuh Romo Wiryono.

Menurutnya, capaian program yang terealisasi semasa kepemimpinannya sekitar 80 persen. Selanjutnya, Romo Wiryono berpesan agar seluruh anggota APTIK bekerja keras meningkatkan kualitas pendidikan Tanah Air. ‘’Karena ini dampaknya sangat terasa, maka ke depan program-program harus dikembangan dengan maksimal,’’ harapnya.

Secara terpisah, Bapak BS. Kusbiantoro yang terpilih sebagai ketua APTIK baru untuk periode 2020–2023 memastikan bakal melanjutkan program yang sebelumnya telah berjalan dengan baik. ‘’Kembali pada visi-misi APTIK, hal terpenting adalah apa yang bisa diberikan kepada masyarakt Indonesia di berbagai bidang kehidupan dan segala sektor,’’ katanya.

Pak Kusbiantoro mengungkapkan, saat ini Indonesia sedang didera berbagai macam isu. Untuk itu, dia berharap APTIK bisa berperan mengembalikan jati diri masyarakat. ‘’Dengan begitu, masyarakat tidak akan terombang-ambing dalam perubahan besar yang kini sedang terjadi,’’ ungkapnya.

Selain itu, dia juga mengingatkan tentang pentingnya saling menghormati keberagaman. Baik itu soal kehidupan maupun pendidikan. ‘’Semisal ingin mengembangkan bahan makanan pokok padi. Di Indonesia tidak hanya beras, namun ada jagung, sagu dan masih banyak lagi. Semua harus kita kembangkan,’’ papar Kusbiantoro.

Di samping itu, Pak Kusbiantoro mengatakan untuk menuju tujuan utama diperlukan komunikasi dan kerja keras seluruh anggota APTIK. Sebab, pihaknya dituntut untuk meneruskan jaringan mengenai pendidikan tinggi. Selain itu, tentang pengabdian dan penelitian serta digital learning. ‘’Kami berharap semoga bisa memberikan kontribusi lebih ke masyarakat,’’ pungkasnya.

Selain memilih ketua, pengurus dan penerimaan anggota APTIK baru, juga membahas sejumlah program ke depan. Ketua Yayasan Widya Mandala Madiun Romo Boedi Prasetijo, sebagai tuan rumah mengatakan, selain suksesi kepemimpinan kongres juga memutuskan beberapa hal terkait dengan rencana program kerja dan kegiatan APTIK yang akan datang serta menyetujui kesepakatan-kesepakatan yang dibicarakan di dalamnya.

Selain agenda Kongres ke-37, pada tanggal 14 Maret 2020 seluruh ketua yayasan yang hadir diajak belajar bersama mengenai tata kelola Yayasan, yang pada kesempatan ini mengambil tema “Penyatuan dan Penggabungan Perguruan Tinggi Katolik sebagai Strategi Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi.”